Jakarta, CNBC Indonesia - Perang antara Rusia dan Ukraina semakin memanas. Pejabat Ukraina melaporkan pasukan Rusia mulai menargetkan bagian timur negara itu dengan serangan drone dan rudal substantif.
Angkatan udara Ukraina mengatakan telah menjatuhkan 10 rudal, 23 drone Shahed buatan Iran dan dua drone pengintai. Rusia sendiri telah menyerang sasaran di wilayah Kharkiv dan Dnipropetrovsk, menurut angkatan udara Ukraina.
Selain hal tersebut, berikut update terbaru perang antara kedua negara tetangga, mengutip dari berbagai sumber, Jumat (26/5/2023).
Konflik Rusia-Ukraina Bisa Berlangsung Puluhan Tahun
Mantan Presiden Rusia dan sekutu dekat Putin, Dmitry Medvedev, mengatakan bahwa konflik di Ukraina dapat berlanjut selama beberapa dekade. Ia menyebut negosiasi dengan Ukraina tidak dapat dilakukan selama Presiden Volodymyr Zelensky tetap memegang kendali.
"Konflik ini akan berlangsung sangat lama. Selama beberapa dekade, mungkin. Ini adalah kenyataan baru," kata Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev, menurut laporan dari kantor berita Rusia yang dikutip oleh Reuters.
Medvedev mengatakan negosiasi dengan pemerintah saat ini tidak mungkin dilakukan. Ia juga menggambarkan Zelenskyy sebagai "badut".
"Semuanya selalu berakhir dengan negosiasi, dan ini tidak bisa dihindari, tetapi selama orang-orang ini berkuasa, situasi Rusia tidak akan berubah dalam hal negosiasi," tambahnya.
Serangan Drone Malam Intens Rusia ke Ukraina
Angkatan udara Ukraina mengatakan 10 rudal, 23 drone Shahed buatan Iran dan dua drone pengintai ditembakkan dalam serangan semalam oleh Rusia ke bagian timur negara itu.
Pemogokan dimulai sekitar pukul 10.00 malam waktu setempat pada 25 Mei dan berlangsung hingga pukul 05:00 pada 26 Mei. Angkatan udara Ukraina di Telegram, menambahkan bahwa beberapa serangan Moskow mencapai sasaran di wilayah Kharkiv dan Dnipropetrovsk.
Serhiy Lysak, gubernur daerah Dnipropetrovsk, mengatakan di Telegram bahwa itu adalah malam yang sulit dan bahwa Rusia telah melakukan serangan drone dan rudal massal, merusak rumah dan perusahaan swasta serta menyalakan api.
Sirene peringatan udara juga meraung di Kyiv, menurut Administrasi Negara Kota Kyiv.
1 Tewas dan 15 Luka-luka Akibat Serangan Rusia
Zelensky menyebut setidaknya satu orang tewas dan 15 lainnya luka-luka setelah serangan rudal Rusia di sebuah klinik di kota Dnipro pada Jumat.
"Teroris Rusia sekali lagi menegaskan status mereka sebagai pejuang melawan segala sesuatu yang manusiawi dan jujur," tulis Zelensky dalam sebuah postingan di Telegram.
"Serangan roket di sebuah klinik di kota Dnipro. Sampai sekarang, satu orang tewas dan 15 luka-luka. Buntut penembakan dihilangkan dan para korban diselamatkan," tambahnya,
Unggahan itu dibagikan di bawah sebuah video, yang menunjukkan sebuah bangunan dengan asap keluar darinya. Itu terjadi setelah laporan dari pejabat Ukraina sebelumnya yang mengatakan bahwa pertahanan udara telah menembak jatuh 10 rudal dan lebih dari 20 drone yang diluncurkan oleh Rusia dalam serangan semalam di ibu kota Kyiv, Dnipro, dan wilayah timur Ukraina.
Putin Kerahkan Nuklir
Rusia bergerak maju pada dengan rencana untuk menyebarkan senjata nuklir taktis di Belarusia. Hulu ledak sudah bergerak, dalam penyebaran pertama bom semacam itu di luar Rusia sejak jatuhnya Uni Soviet pada 1991.
Pejabat pertahanan dari Rusia dan Belarus telah bertemu untuk membahas senjata nuklir non-strategis di tanah Belarusia. Menteri pertahanan Rusia dan Belarusia bertemu Kamis.
"Dokumen ditandatangani yang menjelaskan prosedur untuk menyimpan senjata nuklir non-strategis Rusia di fasilitas penyimpanan khusus di wilayah Republik Belarus," kata kementerian pertahanan Belarusia di Telegram.
Rencana untuk mengerahkan senjata nuklir taktis, senjata nuklir jarak pendek yang umumnya dirancang untuk digunakan di medan perang, diumumkan kembali pada bulan Maret.
Rusia mengatakan Belarus telah meminta senjata ditempatkan di wilayahnya dan pembangunan fasilitas penyimpanan senjata akan selesai pada 1 Juli. Rusia telah menempatkan pesawat di Belarus yang mampu membawa senjata nuklir. Rusia mengatakan tetap mengendalikan senjata dan setiap keputusan untuk menggunakannya.
Jepang 'Ngamuk' ke Rusia
Hujan sanksi untuk Rusia atas serangannya ke Ukraina belum berakhir. Raksasa Asia, Jepang, kembali menjatuhkan hukuman kepada Negeri Beruang Merah dengan menargetkan militernya serta sektor konstruksi dan teknik.
Embargo terbaru oleh Tokyo menyusul seruan KTT Kelompok Tujuh (G7) yang diselenggarakan Jepang pada pekan lalu, di mana para pemimpin blok itu setuju untuk "melaparkan Rusia dari teknologi G7, peralatan industri, dan layanan yang mendukung mesin perangnya".
Sanksi baru Jepang termasuk "pembekuan aset individu dan kelompok Rusia, larangan ekspor barang ke organisasi terkait militer Rusia, dan larangan ekspor layanan konstruksi dan teknik ke Rusia," kata juru bicara pemerintah Hirokazu Matsuno seperti dikutip AFP, Jumat (26/5/2023).
Pembekuan aset menargetkan 17 individu dan 78 kelompok, termasuk pejabat tinggi militer, serta 80 organisasi terkena pembatasan ekspor, termasuk operator ponsel Rusia MegaFon.
Krisis Pangan Akibat Rusia
Tanda-tanda krisis pangan dunia di tengah perang Rusia-Ukraina kembali muncul. Hal ini disebabkan oleh Rusia yang memberi isyarat tidak akan menyetujui pengiriman biji-bijian dari Laut Hitam pada 17 Juli mendatang.
Dalam sebuah pernyataan pers, Kamis (25/5/2023), Rusia menyebut ekspor biji-bijian dari wilayahnya tidak disetujui akan bila tak ada kesepakatan ekspor masa perang yang aman dari tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina.
Selain itu, Moskow juga meminta agar bank pertanian Rusia, yang dikenal sebagai Rosselkhozbank, dikembalikan ke jaringan pembayaran internasional SWIFT untuk memperlancar perdagangan globalnya.
"Jika Rosselkhozbank tidak terhubung dengan SWIFT dan tidak ada kemajuan dalam penerapan masalah 'sistemik' lain yang menghalangi ekspor pertanian kita, maka 'inisiatif Laut Hitam' juga harus mencari alternatif," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataannya, dikutip Reuters.
Moskow menyarankan ekspor melalui jalan Darat di Eropa sebagai alternatif. Namun, jalur itu lebih mahal untuk Ukraina.
Ukraina dan Rusia diketahui merupakan salah satu lumbung pangan dunia. Kedua negara yang saling bertempur itu memproduksi biji-bijian seperti gandum dan jagung.
Peperangan keduanya pun telah mengganggu jalur distribusi pangan bagi dunia, utamanya negara-negara seperti Timur Tengah dan Afrika. Pasalnya, wilayah itu cukup bergantung dari pasokan kedua negara.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Muncul Israel di Balik Perang Rusia Ukraina
(sef/sef)
https://news.google.com/rss/articles/CBMidmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyMzA1MjYxOTQ0MDUtNC00NDEwMzYvcGVyYW5nLXJ1c2lhLXVrcmFpbmEtYmlraW4tYW1zeW9uZy10YWhhbi1sYW1hLXB1bHVoYW4tdGFodW7SAXpodHRwczovL3d3dy5jbmJjaW5kb25lc2lhLmNvbS9uZXdzLzIwMjMwNTI2MTk0NDA1LTQtNDQxMDM2L3BlcmFuZy1ydXNpYS11a3JhaW5hLWJpa2luLWFtc3lvbmctdGFoYW4tbGFtYS1wdWx1aGFuLXRhaHVuL2FtcA?oc=5
2023-05-26 15:00:00Z
Tidak ada komentar:
Posting Komentar