Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam panggilan telepon itu Erdogan mengatakan kepada Putin bahwa komunitas internasional harus memberi Israel pelajaran yang kuat atas perilakunya terhadap Palestina.
Dilansir Aljazeera, Kamis (13/5/2021), Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki mengungkapkan, pernyataan itu disampaikan Erdogan dalam panggilan telepon dengan Putin pada hari Rabu (12/5) waktu setempat.
Erdogan disebut menekankan perlunya komunitas internasional untuk memberi Israel pelajaran yang kuat dan membuat jera. Dia juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk segera turun tangan dengan "pesan yang tegas dan jelas" kepada Israel.
Dalam pernyataannya, Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki mengatakan Erdogan menyarankan kepada Putin bahwa pasukan perlindungan internasional untuk melindungi Palestina harus dipertimbangkan.
Untuk diketahui, pada akhir tahun lalu, Erdogan menyatakan keinginan untuk melihat hubungan antara Turki dan Israel membaik, setelah bertahun-tahun perselisihan tentang pendudukan Tel Aviv di Tepi Barat dan perlakuannya terhadap Palestina.
Turki, yang pada 1949 menjadi negara mayoritas Muslim pertama yang mengakui Israel, pertama kali memutuskan hubungan dengan Israel pada 2010.
Hal itu terjadi setelah 10 aktivis Turki pro-Palestina dibunuh oleh pasukan komando Israel yang menaiki kapal milik Turki, Mavi Marmara, yang merupakan bagian dari armada yang mencoba mengirimkan bantuan dan mematahkan blokade maritim Israel selama setahun di Gaza.
Blokade Israel di Jalur Gaza yang diduduki telah dilakukan sejak Juni 2007, ketika Israel memberlakukan blokade darat, laut, dan udara kedap udara di daerah tersebut. Mereka memulihkan hubungan pada 2016, tetapi hubungan memburuk lagi pada 2018.
Pada Mei tahun itu, Ankara menarik utusannya karena serangan mematikan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung yang memprotes keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan kedutaan Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Erdogan dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sering bertukar argumen, tetapi kedua negara terus berdagang satu sama lain.
Pada Agustus tahun ini, Israel menuduh Turki memberikan paspor kepada belasan anggota Hamas di Istanbul, menggambarkan langkah tersebut sebagai "langkah yang sangat tidak ramah" yang akan dilakukan pemerintahnya dengan pejabat Turki.
Seperti diketahui, gempuran udara antara Israel dan militan Palestina, Hamas terus berlanjut tanpa henti. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah korban tewas secara keseluruhan sejak dimulainya serangan mencapai 69, termasuk 17 anak-anak dan 8 wanita pada Kamis pagi. Lebih dari 390 lainnya terluka. Sementara, dari pihak Israel, setidaknya enam orang tewas termasuk satu anak.
Simak juga 'PBB: Israel Harus Menahan Diri!':
(mae/imk)https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMiYmh0dHBzOi8vbmV3cy5kZXRpay5jb20vaW50ZXJuYXNpb25hbC9kLTU1Njg3MDMvZXJkb2dhbi10ZWxlcG9uLXB1dGluLWFqYWstYmVyaS1wZWxhamFyYW4ta2UtaXNyYWVs0gEA?oc=5
2021-05-13 08:31:32Z
Tidak ada komentar:
Posting Komentar