Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan perusuh dalam demonstrasi tolak Omnibus Law Cipta Kerja di Bandung bukan berasal dari kalangan buruh.
"Tadi buruh menyatakan bahwa mereka menyampaikan aspirasi, murni dan tidak mau ditunggangi oleh pihak lain. Jadi mereka merasa tidak bertanggung jawab terhadap hal-hal anarkisme, kerusuhan yang terjadi di hari sebelumnya karena dalam pandangan mereka itu 100 persen bukan perwakilan buruh," ujar pria yang karib disapa Emil itu di Gedung Sate, Kamis (8/10).
Selama dua hari berturut-turut demo di Bandung, 6-7 Oktober, sudah 209 orang diamankan Polrestabes Bandung. Mereka diduga melakukan tindakan anarkis.
Selain menjalani pemeriksaan oleh polisi, ratusan terduga perusuh juga menjalani rapid test di Mapolrestabes Bandung. Hasilnya, 13 orang dinyatakan reaktif dan akan menjalani swab test di RS Sartika Asih.
"Saya cek kepada Kapolda juga bahwa yang ditahan karena melakukan kerusakan itu ternyata 100 persen bukan dari pihak buruh. Dan saya sampaikan sesuai dengan protap Covid-19 mereka ini langsung dilakukan tes Covid-19," katanya.
"Kalau ternyata ada yang positif mengindikasikan betapa rawannya kerumunan yang terjadi selama covid, apalagi dalam kondisi emosi dan jarak yang dekat, apalagi tidak pakai masker," ujarnya menambahkan.
Demonstrasi tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja hari ketiga, Kamis (8/10) di depan Gedung Sate Bandung, kembali ricuh. Aksi pelemparan sempat mewarnai demo pada sore tadi.
Kapolrestabes Bandung Komisaris Besar Ulung Sampurna Jaya menyebut massa yang melakukan pelemparan ke petugas bukan berasal dari kalangan buruh dan mahasiswa.
"Itu kelompok di luar mahasiswa dan buruh," kata Ulung.
Menurut Ulung, massa mulai melakukan pelemparan setelah kelompok buruh selesai melakukan demo di depan Gedung Sate. Ia menilai massa di luar buruh dan mahasiswa itu lantas diduga memancing keributan.
"Mereka sengaja mencari momen itu sudah selesai. Kemudian mereka mencari situasi untuk membuat rusuh dan memancing emosi dari petugas, oleh karenanya kita tidak terpancing dan kita tetap bertahan," ujar Ulung.
Kericuhan di Gedung Sate terjadi setelah Emil menemui dan menerima aspirasi demonstran yang menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja.
Usai pertemuan itu massa buruh mundur dari Gedung Sate secara berangsur-angsur. Namun, tak lama kemudian, datang segerombolan massa baru di sekitar Jalan Diponegoro yang tak jauh dari Gedung Sate. Mayoritas dari mereka adalah remaja dan langsung terlibat kericuhan dengan aparat kepolisian.
Terdapat beberapa perusuh yang berhasil diamankan. Mereka kemudian dibawa ke pos satpam dan ada juga yang langsung dibawa ke sudut-sudut yang ada di sekitar Gedung Sate.
(hyg/wis)https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidWh0dHBzOi8vd3d3LmNubmluZG9uZXNpYS5jb20vbmFzaW9uYWwvMjAyMDEwMDgyMjM1NTItMjAtNTU2MzA5L3JpZHdhbi1rYW1pbC1zZWJ1dC1wZXJ1c3VoLWRlbW8tZGktYmFuZHVuZy1idWthbi1idXJ1aNIBAA?oc=5
2020-10-08 15:53:37Z
Tidak ada komentar:
Posting Komentar