Nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi sosok yang paling banyak disinggung di tengah insiden dugaan tindak kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian terhadap warga Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah.
Berdasarkan data Drone Emprit and Media Kernels Indonesia, nama Ganjar paling banyak disebutkan di cuitan di Twitter di tengah tagar #WadasMelawan.
Ganjar telah mendatangi Desa Wadas dan menyampaikan sejumlah pernyataan. Dia meminta maaf jika ada tindakan represif aparat kepada warga Desa Wadas.
Sikap Ganjar dianggap masih lebih pro terhadap pembangunan yang digagas pemerintah pusat ketimbang warganya di Desa Wadas. Pasalnya, proyek tambang andesit sebagai penunjang pembangunan Bendungan Bener masih terus dilanjutkan di sana.
Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo menganggap wajar jika sikap Ganjar masih cenderung condong kepada pemerintah pusat.
Menurutnya, Ganjar bisa mendekati Jokowi atau elite PDIP yang berkepentingan di balik proyek Bendungan Bener demi mendapatkan tiket sebagai calon presiden di 2024.
"Langkah ini strategis karena Ganjar belum dapat tiket, jadi mau tidak mau harus mendekati elite PDIP dan Jokowi yang punya kepentingan terhadap proyek ini," ujar Kunto kepada CNNIndonesia.com, Kamis (10/2).
"Jadi ketika dia memposisikan jadi bumper sehingga buka peluang dia dicalonkan atau dijagokan Jokowi ketika jadi king maker 2024," imbuhnya.
Menurut Kunto, Ganjar tidak mungkin mengambil posisi frontal bertentangan dengan pemerintah pusat pemilik proyek Bendungan Bener.
Kunto menganggap, jika Ganjar mengambil sikap pro warga Desa Wadas demi meningkatkan popularitas dan elektabilitas, akan percuma bila akhirnya tidak mendapatkan tiket Pilpres 2024 dari PDIP.
Foto: Dok. Istimewa
penangkapan warga wadas |
Isu HAM Terlalu Eksklusif
Selain itu, Kunto memandang, isu lingkungan hidup hingga HAM sulit dimanfaatkan untuk meningkatkan elektabilitas karena hanya menjangkau masyarakat berpendidikan dan punya kesadaran politik tinggi.
"Sementara masyarakat kita kebanyakan kesadaran politik rendah, tidak tahu isu. Lalu, 2024 itu ada presidential threshold, kalau popularitas dan elektabilitas besar tapi enggak ada partai mau mencalonkan dia ya wassalam. Jadi dia harus meniti di benang yang sangat halus," kata Direktur Eksekutif KedaiKOPI itu.
Senada, Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno menilai peristiwa yang terjadi di Desa Wadas hanya menjadi konsumsi elite dan kelompok tertentu saja.
Menurutnya, isu-isu seperti peristiwa di Desa Wadas sulit dikapitalisasi untuk meningkatkan elektabilitas seseorang sebagai capres. Dengan kata lain, tidak menjanjikan.
"Soal wadas ini hanya konsumsi elite, kelompok tertentu yang peduli isu HAM dan lingkungan dan mereka yang day to day terlibat persoalan politik. Di luar itu tidak paham," kata Adi.
Adi yakin publik hanya akan melihat Ganjar di peristiwa Desa Wadas sebagai seorang kepala daerah biasa. Menurutnya, tidak akan ada dampak elektoral signifikan dari langkah apapun yang dilakukan Ganjar dalam peristiwa di Desa Wadas.
"Orang melihatnya peran Ganjar di kasus Wadas ialah peran biasa kepala daerah tidak ada plus minus untuk elektoral. Ganjar kan terbiasa melakukan dialog dengan masyarakat secara langsung," katanya.
(mts/bmw)https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMibGh0dHBzOi8vd3d3LmNubmluZG9uZXNpYS5jb20vbmFzaW9uYWwvMjAyMjAyMTAxMzUxNTUtMzItNzU3NTE0L2dlbGFnYXQtZ2FuamFyLWRpLXdhZGFzLWRhbi10aWtldC1jYXByZXMtMjAyNNIBAA?oc=5
2022-02-10 13:00:53Z
Tidak ada komentar:
Posting Komentar