Selasa, 02 Februari 2021

Memahami Kudeta Myanmar dan Hubungan dengan RI - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Myanmar saat ini dalam kondisi mencekam. Aung San Suu Kyi berada dalam tahanan. Kudeta yang dilakukan oleh pihak militer dipicu oleh adanya isu kecurangan dalam pemilihan umum bulan November lalu. 

Pemilu Myanmar tahun 2020 dimenangkan oleh partai Liga Nasional Demokrasi (NLD) yang menguasai 83% suara. Namun hasil tersebut dianggap tidak sah oleh pihak militer yang mengklaim menemukan adanya penipuan sebanyak 10 juta pemilih.


Aung San Suu Kyi ditangkap bersama Presiden Win Myint dan ditahan di ibu kota Naypyidaw. Tidak hanya Suu Kyi dan Win Myint, sumber lain menyebutkan para pejabat tinggi negara lain juga ikut ditangkap.

Militer kini sudah menguasai kota Yangon. Pihak militer juga menunjuk pimpinan tertingginya Jenderal Senior Min Aung Hlaing untuk ambil kendali kekuasaan. Kudeta Myanmar mendapat protes keras dari berbagai pihak terutama Australia dan Amerika Serikat (AS) yang menentang keras aksi tersebut. 

Myanmar memang terkenal dengan ketidakstabilan politiknya. Negara yang dijuluki dengan sebutan Pagoda Emas tersebut selama 49 tahun berada dalam cengkeraman militer dan baru lepas sejak 2011. 

Transformasi ekonomi menjadi lebih demokratis disambut baik oleh publik internasional. Negara dengan penduduk lebih dari 50 juta jiwa dan kaya akan sumber daya alam tersebut memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi yang tinggi di atas 6%. 

Sejak lepas dari jerat kekuasaan militer, Myanmmar berhasil mengundang investor asing berdatangan ke negaranya. Bahkan Myanmar sempat digadang-gadang bakal menjadi primadona baru di kawasan Asia Tenggara untuk destinasi investasi asing.

Dengan adanya kudeta militer yang terjadi baru-baru ini dan pandemi Covid-19 yang belum usai, prospek perekonomian Burma menjadi suram. 

Sebagai salah satu anggota dari ASEAN, Indonesia juga menjalin hubungan dengan Myanmar. Hubungan diplomatik RI-Myanmar sudah berlangsung sejak 70 tahun silam atau tepatnya per 27 Desember 1949. Artinya hubungan bilateral sudah terjalin sejak era Presiden RI pertama Ir. Soekarno.

Indonesia memiliki kedutaan di Myanmar yang berlokasi di Yangon. Begitu juga sebaliknya, Myanmar memiliki kantor kedutaan di Jakarta. Hubungan bilateral yang terbangun selama ini mencakup hubungan kerja sama ekonomi bahkan sampai militer.

Tujuh tahun silam Jenderal militer tertinggi Myanmar Min Aung Hlaing membahas latihan militer gabungan dan kunjungan timbal balik dengan rekan-rekannya dari Indonesia.

Sementara itu terkait kerja sama ekonomi, hubungan RI dan Myanmar dibangun oleh aliran barang melalui perdagangan dan aliran modal melalui investasi. Kendati tidak signifikan tetapi nilainya terus mengalami peningkatan apalagi sejak terjadinya demokratisasi ekonomi Myanmar. 

Bagi Indonesia terutama untuk pelaku usaha, Myanmar dianggap sebagai salah satu destinasi untuk investasi. Fokus kerja sama investasi antara Indonesia dengan Myanmar meliputi beberapa sektor industri mulai dari pengolahan dan pengemasan, pulp & kertas, batik, produksi pupuk, perangkat lunak sistem, manajemen hotel, farmasi, konstruksi, produk semen & bahan konstruksi, hingga barang konsumen.

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMiaWh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyMTAyMDIwODM1MzYtNC0yMjAzNTkvbWVtYWhhbWkta3VkZXRhLW15YW5tYXItZGFuLWh1YnVuZ2FuLWRlbmdhbi1yadIBAA?oc=5

2021-02-02 05:37:21Z

Tidak ada komentar:

Posting Komentar