Selasa, 02 Februari 2021

Klaim Bersatunya Faksi Marzuki Alie dan Anas Urbaningrum di Isu Kudeta AHY - detikNews

Jakarta -

Sejumlah politisi senior Partai Demokrat (PD) berkumpul menanggapi perihal isu kudeta terhadap kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Empat faksi di lingkup internal PD itu bergabung dan mengklaim berada dalam satu titik pemikiran.

"Bahwa pada siang hari ini kami berkumpul, siapa saja? Sebenarnya press conference ini, teman-teman tahu bahwa setiap partai ada faksi-faksi, dan di dalam pertemuan ini setidaknya saya amati dan saya tahu, ada setidak-tidaknya ada 4 faksi. Siapa saja 4 faksi itu?," kata kader senior PD, Yus Sudarso, dalam konferensi pers di Restoran Dapur Sunda Mal Bellagio, Jaksel, Selasa (2/2/2021).

Siapa saja keempat faksi tersebut? Mereka di antaranya merupakan loyalis-loyalis Ketum PD sebelumnya.

"Pertama adalah faksi pendiri, sekaligus notabenenya adalah faksi dari ketum pertama, Prof Subur Budi Santoso. Di antara lain sebelah kanan saya ini Pak Hengky Luntungan, dan teman lain. Yang kedua, faksi dari Ketum Demokrat hasil kongres tahun 2005 di Bali, Bapak Hadi Utomo, almarhum. Kebetulan saya sebagai koordinator tim kemenangan Hadi Utomo," ungkap Sudarso.

"Yang ketiga adalah faksi dari Mas Anas Urbaningrum, hasil dari kongres Bandung 2010, dan yang keempat adalah faksi Pak Marzuki Alie," imbuhnya.

Sudarso menyebut tidak berkumpulnya 4 faksi tersebut bukan rekayasa. Dia mengklaim keempat faksi itu bergabung karena memiliki persamaan tujuan.

"Jadi tanpa ada rekayasa, kawan-kawan ini bertemu dalam satu titik pemikiran, bagaimana Partai Demokrat ke depan. Jadi sesungguhnya, ini adalah bagian dari internal partai," terangnya.

Lebih jauh, Sudarso kemudian menyinggung soal jasa mereka mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden. Karena jasa itu, menurutnya, keempat faksi tersebut juga berhak memilih pemimpin.

"Apa salahnya kami, seperti para pendiri di saat awal, menjemput Pak SBY untuk mengantarkan beliau ke pimpinan RI tahun 2004. Dan juga apa salahnya kami kalau hari ini menjemput tokoh ke depan," sebut Sudarso.

"Apa salahnya Pak Moeldoko, tidak sukanya seperti senior-senior kami sebelumnya menjemput Bapak SBY, dan demikian apa salahnya Pak Jokowi di dalam persoalan ini, sebagaimana pernyataan dari pak Moeldoko kemarin. Demikian teman-teman sekadar melengkapi informasi sehingga bukan menjadi misteri lagi, sebenarnya pergerakan yang dimaksud, yang dinyatakan pergerakan bukan pergerakan, tetapi mengalir seperti air dari daerah, tentu kembali kepada kanal-kanal faksi yang ada itu," sambung dia.

Simak soal Moeldoko diseret ke isu kudeta Partai Demokrat di halaman berikutnya.

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMicmh0dHBzOi8vbmV3cy5kZXRpay5jb20vYmVyaXRhL2QtNTM1ODcwNi9rbGFpbS1iZXJzYXR1bnlhLWZha3NpLW1hcnp1a2ktYWxpZS1kYW4tYW5hcy11cmJhbmluZ3J1bS1kaS1pc3Uta3VkZXRhLWFoedIBAA?oc=5

2021-02-02 12:24:12Z

Tidak ada komentar:

Posting Komentar