"Saya nggak ahli doa, saya nggak layak berkomentar soal doa, tapi di tahun pilitik ini jangankan doa pernyataan apapun juga diinterprtasikan secara politis," kata Sandiaga di Karangasem, Bali, Sabtu (23/2/2019).
Sandiaga mengajak semua pihak untuk menanggapi puisi itu dengan kepala dingin. Sehingga tensi politik jelang Pilpres bisa kondusif.
"Saya hanya mengajak mari kita dewasa, mari kita melihat proporsinya sendiri-sendiri jangan terlalu memancing dan memanaskan suasana. Mari kita sejukkan suhu politik ini se-cool mungkin, politik sesantun mingkin sehingga masyaramat bawah bisa melihat elitenya. Kalau masyarakat melihat elitenya betul-betul memiliki komitmen agar tidak dipolitisi Insyaalah kita melewati 17 April dengan kegemilangan," urainya.
Meski begitu, Sandiaga tak menampik jika banyak melihat relawannya yang hadir di acara Munajat 212 itu. Namun, dia sendiri mengaku tidak terlibat untuk mengadakan acara yang digelar di Monas, Kamis (21/2) kemarin.
"Saya nggak terlibat sama sekali tapi dari yang hadir banyak pendukung kita. Tapi yang sata lihat mereka ingin mengetuk pintu langit demi keselamatan bangsa, tidak ada yang salah. Acara swperti itu waktu kamu di DKI, salah satu itu kami membuka Monas untuk kegiatan keagamaan bisa difaisilitasi dengan begitu iman dan taqwa tauhidan dari Jakarta untuk bangsa dan negara bisa diberikan venue tempat mereka untuk bermunajat," urainya.
Sandiaga pun menyerahkan kepada Bawaslu bila menemukan dugaan pelanggaran kampanye di acara tersebut. Namun, Sandiaga menegaskan urusan puisi doa itu adalah urusan Neno Warisman.
"Saya serahkan kepada Bawaslu yang memang mebangani masalah itu, tapi bagi saya seorang dia berdoa itu hubungan dia langsung dengan sang pencipta. Jadi kalau masuk ke ranah politik akhirnya kembali lagi rawan diinterpretasikan secada politis," ucap Sandiaga.
Sandiaga kembali menegaskan tak mau berkomentar soal doa tersebut. Dia pun mengajak elite politik agar tak menggoreng puisi tersebut menjadi politis.
"Menurut saya nggak ahli berkomentar soal doa tersebut. Saya berharap jangan terus kita memperuncing mari turunkan ego kita. Doa is doa buat saya itu interpetasinya tidak usah terlalu dilihat dari analisa politik," ungkapnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Neno Warisman, membacakan 'Puisi Munajat 212'. Potongan video saat Neno membacakan puisi itu ramai dibagikan di media sosial.
Berikut ini isi potongan puisi dari video yang beredar:
jangan, jangan Engkau tinggalkan kami
dan menangkan kami
Karena jika Engkau tidak menangkan
Kami khawatir ya Allah
Kami khawatir ya Allah
Tak ada lagi yang menyembah-Mu
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, yang juga hadir di acara itu, menyebutnya sebagai potongan doa. Menurut Fahri, doa itu tidak menyebutkan siapa pihak yang didoakan untuk menang. Fahri juga mengaku tidak tahu siapa yang dimaksud pihak yang didoakan menang di puisi Neno itu karena doa bersifat rahasia.
"Itu potongan doa, jangan diralat," kata Fahri, saat dihubungi, Jumat (22/2).
detikcom telah menghubungi Neno lewat telepon tapi belum mendapat jawaban hingga Sabtu (23/2). Pesan singkat kepada Neno juga belum dibalas.
(ams/rvk)
https://news.detik.com/berita/d-4440898/sandiaga-soal-puisi-neno-warisman-saya-tak-layak-komentar-soal-doa
2019-02-23 14:05:34Z
Tidak ada komentar:
Posting Komentar