Jakarta, CNBC Indonesia - Rusia dan Iran memiliki hubungan kerja sama yang tinggi. Ini terlihat dari Moskow dan Teheran yang masih saling memasok senjata untuk melawan musuh dari masing-masing negara.
Laporan Washington Post mengungkap sebuah perusahaan senjata Rusia mengundang delegasi Iran ke tur belanja VIP di pabrik senjatanya pada Maret 2024 lalu. Sebanyak 17 pengunjung dari Iran disuguhi makan siang dan pertunjukan budaya dan mengunjungi pabrik senjata.
Tak main-main, pabrik tersebut membuat produk yang telah lama didambakan oleh Teheran: sistem pertahanan udara canggih Rusia untuk menembak jatuh pesawat musuh.
Pabrik tersebut, NPP Start, yang berada di kota Yekaterinburg, tengah mendapatkan sanksi Amerika Serikat (AS) karena mendukung perang Rusia melawan Ukraina. Produk-produknya antara lain adalah peluncur bergerak dan komponen lain untuk baterai antipesawat - termasuk S-400 Rusia, yang menurut para analis militer mampu mendeteksi dan menghancurkan jet tempur siluman yang diterbangkan oleh Israel dan AS.
Sebuah dokumen Rusia yang bocor menggambarkan tur tersebut sebagai pameran "potensi ilmiah dan teknis serta kemampuan produksi" yang dapat ditawarkan Rusia kepada Iran.
Tidak diketahui apakah kunjungan tersebut mengarah langsung pada pembelian. Namun perjalanan ini merupakan simbol dari apa yang digambarkan oleh para pejabat intelijen sebagai kemitraan strategis yang semakin mendalam antara Moskow dan Teheran dalam dua tahun sejak invasi penuh Rusia ke Ukraina.
Iran sendiri telah membuka babak baru yang berbahaya dalam hubungannya dengan Rusia dengan menyetujui untuk memasok ribuan drone dan rudal medan perang untuk membantu Moskow dalam perang melawan Ukraina pada 2022.
Hubungan yang diperluas kini telah membantu memperkuat perjanjian antara Moskow dan Teheran, termasuk janji Rusia untuk menyediakan jet tempur canggih dan teknologi pertahanan udara kepada sekutunya, aset yang dapat membantu Teheran memperkuat pertahanannya terhadap serangan udara Israel atau AS di masa depan.
Tidak diketahui berapa banyak sistem yang telah disediakan dan dikerahkan, namun para pejabat dan pakar menyebut teknologi Rusia dapat mengubah Iran menjadi musuh yang jauh lebih tangguh, dengan peningkatan kemampuan untuk menembak jatuh pesawat dan rudal.
"Ini bukan lagi dinamika patron-klien, di mana Rusia memegang semua pengaruhnya," kata Hanna Notte, direktur Program Nonproliferasi Eurasia di Pusat Studi Nonproliferasi James Martin. "Iran mendapat manfaat dari perubahan ini. Sifat hubungan mereka lebih dari sekedar mendapatkan sesuatu. Ada transfer pengetahuan, ada keuntungan yang tidak berwujud."
Para pejabat intelijen menggambarkan Rusia sebagai negara yang maju dalam perjanjian yang dinegosiasikan secara rahasia untuk memasok Iran dengan Su-35, salah satu pesawat pembom tempur Rusia yang paling mumpuni bagi angkatan udara Iran.
Rusia juga berjanji untuk memberikan bantuan teknis dengan satelit mata-mata Iran serta bantuan dalam pembuatan roket untuk mengirim lebih banyak satelit ke luar angkasa.
Meski begitu, tidak ada bukti publik bahwa Su-35 telah dikirimkan. Menurut seorang pejabat intelijen AS dan Timur Tengah yang mengetahui secara rinci mengenai kesepakatan tersebut, penundaan ini mungkin disebabkan oleh keterlambatan Iran dalam membayar pembelian pesawat-pesawat tersebut.
Dari sisi pertahanan, Iran telah lama mencari baterai rudal antipesawat terbaik milik Rusia untuk melindungi fasilitas nuklir dan militernya dari kemungkinan serangan AS atau Israel.
Pada tahun 2007, Teheran membuat kesepakatan untuk membeli sistem antipesawat S-300 Rusia, namun Moskow menunda pasokan senjata tersebut di tengah tekanan dari AS dan negara-negara Eropa. Larangan yang diberlakukan sendiri berakhir pada tahun 2016, dan S-300 Iran mulai beroperasi pada tahun 2019.
Beberapa varian S-400 dilengkapi dengan radar yang mampu mengalahkan teknologi siluman yang digunakan pesawat tempur modern. Rusia telah mengerahkan S-400 untuk melindungi pangkalan militernya di Suriah, dan baterai tersebut berpotensi menjadi ancaman mematikan bagi pesawat militer AS dan Israel yang kadang-kadang beroperasi di wilayah udara Suriah.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Bukan AS, Cina atau Rusia, Israel Paling Takut Negara Ini
(luc/luc)
https://news.google.com/rss/articles/CBMifmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyNDA0MTcwOTExMTMtNC01MzA5MDkvdGVydW5na2FwLXBlcmFuLWJlc2FyLXJ1c2lhLWJhbnR1LWlyYW4tYmVydGFoYW4tZGFyaS1hbmNhbWFuLWlzcmFlbNIBggFodHRwczovL3d3dy5jbmJjaW5kb25lc2lhLmNvbS9uZXdzLzIwMjQwNDE3MDkxMTEzLTQtNTMwOTA5L3RlcnVuZ2thcC1wZXJhbi1iZXNhci1ydXNpYS1iYW50dS1pcmFuLWJlcnRhaGFuLWRhcmktYW5jYW1hbi1pc3JhZWwvYW1w?oc=5
2024-04-17 03:00:00Z
Tidak ada komentar:
Posting Komentar