Minggu, 02 Juli 2023

Siapa Nahel Merzouk, Jadi Penyebab 'Civil War' Prancis? - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Prancis tengah dilanda chaos mengarah ke perang sipil alias "civil war". Total lima hari kota-kota di negara itu mengalami kerusuhan besar-besaran.

Terbaru, para perusuh menyerbu rumah walikota pinggiran Paris, L'Hay-les-Roses, Vincent Jeanbrun. Mereka membakar mobil dan meluncurkan kembang api ke arah istri dan anak-anak Jeanburn yang baru berusia 5 dan 7 tahun.

Perlu diketahui, kerusuhan terjadi akibat penembakan polisi terhadap seorang pria keturunan Afrika Utara, Aljazair, Nahel Merzouk di kota Nanterre. Ia tewas di tangan polisi dan membuat kemarahan besar di Prancis.

Siapa Nahel Merzouk?

Nahel Merzouk sendiri adalah anak tunggal yang dibesarkan oleh ibunya tanpa seorang ayah. Ia bekerja sebagai supir pengiriman makanan.

Di waktu senggang, ia diketahui juga bermain di rugby. Ia menjadi salah satu atlet lokal di Pvale Citoyen, salah satu bagian dari asosiasi di Prancis.

Ia sebenarnya terdaftar di perguruan tinggi di Suresnes. Namun, catatan kehadirannya di perguruan tinggi buruk.

Orang-orang mengikuti pawai sebagai penghormatan kepada Nahel, seorang remaja berusia 17 tahun yang ditembak oleh seorang polisi Prancis saat menghentikan lalu lintas, di Nanterre, pinggiran kota Paris, Prancis, 29 Juni 2023. (REUTERS/SARAH MEYSSONNIER)Foto: (REUTERS/SARAH MEYSSONNIER)
Orang-orang mengikuti pawai sebagai penghormatan kepada Nahel, seorang remaja berusia 17 tahun yang ditembak oleh seorang polisi Prancis saat menghentikan lalu lintas, di Nanterre, pinggiran kota Paris, Prancis, 29 Juni 2023. (REUTERS/SARAH MEYSSONNIER)

Pada hari dirinya tewas, Selasa pekan lalu, ia dilaporkan berpamitan pada ibunya untuk bekerja. Ia bahkan sempat member ciuman ke ibunya sebelum pergi.

Tapi tak lama setelahnya, sekitar pukul 09.00 pagi ia ditembak mati di dada dari jarak dekat. Kala itu, ia berada di belakang kemudi mobil Mercedes kala pemeriksaan polisi terjadi.

Jaksa tinggi di Nanterre, Pascal Prache, mengatakan bahwa remaja tersebut telah diketahui polisi karena tidak mematuhi lalu lintas di mana ia diminta berhenti berkendara. Ia pun telah dipanggil ke pengadilan remaja pada bulan September untuk insiden tersebut.

Diketahui umur 17 tahun memang belum mendapat izin berkemudi. Namun, penggeledahan mobil tidak menemukan bahwa dirinya membawa bahan berbahaya atau obat-obatan terlarang.

Anak Baik yang Bertahan Hidup

BBC International menggambarkan bagaimana kematian Nahel menjadi pukulan bagi ibunya. Apalagi, ia adalah anak semata wayang.

"Apa yang akan saya lakukan sekarang?" kata sang ibu saat mengetahui sang anak meninggal.

"Saya mencurahkan segalanya untuk dia ... Saya hanya punya satu, saya tidak punya 10 [anak]. Dia adalah hidup saya, sahabat saya," tangisnya.

Bagi keluarga ia merupakan anak baik. Ini pun dibenarkan pengacaranya.

"Dia anak baik" kata neneknya dikutip New York Times.

"Tidak memiliki catatan kriminal," tegas pengacaranya di program televisi Prancis C à Vous.

Pernyataan bahwa Nahel bukan anak yang berulah juga dikatakan Presiden tim rugby Ovale Citoyen Jeff Puech. Ia mengaku sangat mengenalnya.

Dikatakannya bagaimana menyebut Nahel serta ibunya pernah tinggal di perkebunan Pablo Picasso sebelum ke Vieux-Pont pinggiran kota Nanterre. Remaja itu, tegas dia, menggunakan rugby untuk bertahan hidup.

"Dia adalah seseorang yang memiliki keinginan untuk menyesuaikan diri secara sosial dan profesional, bukan anak kecil yang berurusan dengan narkoba atau mendapat kesenangan dari kejahatan remaja," katanya ke Le Parisien.

Mengutip laman yang sama, pengakuan bahwa Nahel tak pernah macam-macam pun dipertegas seorang petugas ambulans, Marouane. Ia melancarkan omelan terhadap seorang petugas polisi dan kemudian menjelaskan bahwa dia mengenal bocah itu seolah-olah dia adalah adik laki-lakinya.

"Dia telah melihatnya tumbuh sebagai anak yang baik hati dan penolong," ujarnya marah.

"Dia tidak pernah mengangkat tangan kepada siapa pun dan dia tidak pernah melakukan kekerasan," katanya kepada wartawan.

Berwajah Arab

Kekecewaan ke polisi pun berujung dan diklaim karena ia seorang imigran. Nahel berwajah Arab.

"Kekerasan polisi terjadi setiap hari, terutama jika Anda orang Arab atau berkulit hitam," kata seorang pemuda di kota Prancis menyerukan keadilan bagi Nahel.

Hal ini pun menimbulkan kemarahan. Demonstrasi muncul di jalan-jalan kota-kota seluruh negeri ketika pemberitaan menjadi viral.

"Menolak untuk berhenti tidak memberi Anda izin untuk membunuh," kata pemimpin Partai Sosialis Olivier Faure.

"Semua anak Republik memiliki hak atas keadilan," tambahnya.


[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Video: Prancis Mencekam, Situasi Kota Ibarat "Medan Perang"


(sef/sef)

Adblock test (Why?)


https://news.google.com/rss/articles/CBMibmh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyMzA3MDMwNjU0MjMtNC00NTA1ODQvc2lhcGEtbmFoZWwtbWVyem91ay1qYWRpLXBlbnllYmFiLWNpdmlsLXdhci1wcmFuY2lz0gFyaHR0cHM6Ly93d3cuY25iY2luZG9uZXNpYS5jb20vbmV3cy8yMDIzMDcwMzA2NTQyMy00LTQ1MDU4NC9zaWFwYS1uYWhlbC1tZXJ6b3VrLWphZGktcGVueWViYWItY2l2aWwtd2FyLXByYW5jaXMvYW1w?oc=5

2023-07-02 23:58:25Z

Tidak ada komentar:

Posting Komentar