Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Surabaya (UBAYA), Angeline Nathania atau AN dibunuh oleh guru les musiknya Rocmad Bagus Apryatna alias Roy. Roy tega mencekik Angeline hingga tewas lalu memasukkan jasadnya ke dalam koper dan dibuang ke jurang kawasan Gajah Mungkur, Pacet, Mojokerto.
Praktisi psikolog klinis dan forensik di Surabaya, Riza Wahyuni SPsi MSi menilai Roy sudah punya niat membunuh dan sudah direncanakan. Apalagi mobil Mitsubishi Xander warna abu-abu nopol L 1893 FY milik Angeline digadaikan oleh Roy.
"Kasus ini bentuknya tidak serangan. Kalau saya lihat orang ini (Roy) sudah niat, apalagi mobilnya dibawa. Lebih kepada ekonomi. Antara spontan dan niat itu berbeda," kata Riza saat dihubungi detikJatim, Jumat (9/6/2023).
"Kalau saya lihat dia niat banget. Buktinya dia menghilangkan barang bukti dengan memasukkan jenazah ke koper. Berarti dia paham. Kemudian dia menggadaikan mobil Xpander (milik korban), berarti sudah ada niat dan ini mengerikan," sambungnya.
Riza mengatakan, kemungkinan ada perdebatan antara Roy dengan Angeline. Lalu muncul luapan emosi berlebih, hingga akhirnya Roy mencekik Angeline.
"Jadi orang emosi dalam sekejap waktu bisa melakukan hal di luar kendali, arahnya penganiayaan dan menyebabkan kematian. Itu hanya sebentar, paling 10-15 menit. Perilaku itu hanya sebentar, tetap saja dia salah," ujarnya.
Lalu kenapa orang marah bisa sampai membunuh?
Dari beberapa kasus yang pernah ada, orang marah bisa berujung pada kekerasan hingga nekat membunuh. Hal ini tergantung latar belakang kepribadiannya.
"Bagaimana mereka yang memiliki kepribadian agresif, sulit mengontrol emosi, sulit berperilaku menahan diri, egonya lebih tinggi. Itu membuat perilaku mereka tidak terkontrol untuk kemarahan yang luar biasa," katanya.
Riza menjelaskan, rata-rata kasus seperti itu alasannya pasti sakit hati. Entah alasan itu benar atau hanya sekadar alibi.
"Itu belum tentu. Biasanya saya diminta melihat bagaimana profil orang ini, tapi rata-rata ketika melakukan pemeriksaan lebih lengkap, ada perilaku cenderung manipulatif, agresif, perilaku tidak terkontrol, dorongan tidak terkendali. Tapi bukan berarti orang demikian bisa menjadi dibenarkan," jelasnya.
Baginya, yang perlu dipahami di dalam pemeriksaan. Pelaku mengetahui risiko ketika melakukan pembunuhan, bahkan dalam kondisi sadar dan tidak dalam tekanan.
"Ada kasus dia melakukan atas nama hukum kalau ada serangan. Dulu ada kasus seorang perempuan terpaksa mengambil sangkur pada laki-laki itu dan tujukan ke orang itu. Pilihannya dia mati atau laki-laki itu mati," urainya.
Oleh karena itu, ia mengingatkan untuk perlunya berhati-hati terhadap orang yang ditemui di sekitar. "Tidak mudah percaya dengan orang. Kalau ada sesuatu jangan berangkat sendiri, usahakan ada teman yang menemani," pungkasnya.
Simak Video "Awal Mula Perkenalan Mahasiswi UBAYA-Guru Les Musik Berujung Pembunuhan"
[Gambas:Video 20detik]
(hil/dte)
https://news.google.com/rss/articles/CBMifmh0dHBzOi8vd3d3LmRldGlrLmNvbS9qYXRpbS9odWt1bS1kYW4ta3JpbWluYWwvZC02NzY0MTM2L3BzaWtvbG9nLWZvcmVuc2lrLXNlYnV0LXBlbWJ1bnVoYW4tbWFoYXNpc3dpLXViYXlhLXN1ZGFoLWRpcmVuY2FuYWthbtIBggFodHRwczovL3d3dy5kZXRpay5jb20vamF0aW0vaHVrdW0tZGFuLWtyaW1pbmFsL2QtNjc2NDEzNi9wc2lrb2xvZy1mb3JlbnNpay1zZWJ1dC1wZW1idW51aGFuLW1haGFzaXN3aS11YmF5YS1zdWRhaC1kaXJlbmNhbmFrYW4vYW1w?oc=5
2023-06-09 09:39:34Z
Tidak ada komentar:
Posting Komentar