Taliban menuturkan kaum perempuan Afghanistan harus berdiam diri di rumah setidaknya untuk saat ini.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan imbauan itu keluar karena sebagian milisi kelompoknya belum dilatih untuk tidak melukai perempuan.
"Kami khawatir bahwa pasukan kami yang baru dan belum terlatih dengan baik masih mungkin memperlakukan perempuan dengan tidak baik. Kami tidak ingin pasukan kami membahayakan hingga melukai perempuan," kata Mujahid dalam dalam jumpa pers di Ibu Kota Kabul pada Selasa (25/8).
Mujahid menuturkan perempuan Afghanistan harus berdiam diri di rumah sampai rezim Taliban memiliki prosedur baru.
Ia bahkan menjamin perempuan yang bekerja tetap mendapatkan gaji meski harus berdiam diri di rumah.
Menurut Mujahid kebijakan tersebut akan berlangsung sementara waktu sampai Taliban bisa menjamin keamanan kaum perempuan Afghanistan.
Pernyataan Mujahid itu senada dengan ucapan Wakil Komite Kebudayaan Taliban, Ahmadullah Waseq, kepada New York Times pekan ini.
Waseq menuturkan bahwa Taliban tak bermasalah melihat perempuan bekerja selama mereka mengenakan kerudung atau hijab.
"Tapi untuk saat ini, kami meminta mereka untuk berdiam diri di rumah sampai situasi normal kembali. Saat ini masih berlangsung situasi (darurat) militer," papar Waseq.
Sejak kejatuhan Afghanistan ke tangan Taliban, banyak masyarakat khawatir terkait masa depan dan keamanan mereka, terutama kaum perempuan.
Sebab, ketika Taliban berkuasa pada 1996-2001, kelompok itu menerapkan kebijakan yang sangat konservatif bahkan membatasi hak-hak perempuan dan tak jarang brutal terhadap mereka.
Saat itu, kaum perempuan dilarang sekolah dan meniti karir, bepergian tanpa wali laki-laki, hingga diwajibkan menggunakan pakaian burkak yang menutupi seluruh tubuh.
Taliban tak jarang menghukum perempuan yang dinilai menyalahi aturan mereka.
Meski Taliban telah berjanji akan memerintah dengan lebih terbuka dan melindungi hak perempuan, sebagian masyarakat Afghanistan masih merasa tak aman hidup di bawah kepemimpinan kelompok tersebut.
Imbauan terbaru Taliban soal perempuan pun dinilai sejumlah aktivis sebagai lagu lama kelompok itu.
Direktur Asosiasi Hak Perempuan dari Human Rights Watch, Heather Barr, menuturkan Taliban membuat klaim serupa terakhir kali mereka berkuasa di Afghanistan.
"Penjelasannya itu karena keamanan yang kurang baik sehingga mereka beralasan menunggu situasi menjadi lebih baik baru kemudian perempuan lebih bebas," kata Barr.
"Tapi tentu saja pada tahun-tahun mereka berkuasa, momen itu tidak pernah tiba dan saya dapat meyakinkan Anda bahwa para perempuan Afghanistan yang mendengar berita ini juga berpikir hari kebebasan itu tidak akan pernah tiba," kata Barr.
(rds)https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMigQFodHRwczovL3d3dy5jbm5pbmRvbmVzaWEuY29tL2ludGVybmFzaW9uYWwvMjAyMTA4MjUxNDMxNDYtMTEzLTY4NTIxOC90YWxpYmFuLW1pbnRhLXBlcmVtcHVhbi1kaS1ydW1haC1taWxpc2ktYmVsdW0tZGlsYXRpaC1ob3JtYXTSAYUBaHR0cHM6Ly93d3cuY25uaW5kb25lc2lhLmNvbS9pbnRlcm5hc2lvbmFsLzIwMjEwODI1MTQzMTQ2LTExMy02ODUyMTgvdGFsaWJhbi1taW50YS1wZXJlbXB1YW4tZGktcnVtYWgtbWlsaXNpLWJlbHVtLWRpbGF0aWgtaG9ybWF0L2FtcA?oc=5
2021-08-25 08:14:37Z
Tidak ada komentar:
Posting Komentar