Presiden Joko Widodo telah memberikan respons terhadap kritik yang dilontarkan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI). Menurut BEM UI, Jokowi merupakan King of Lip Service atau Raja Pembual.
Menyikapi itu, Jokowi mengatakan universitas tidak perlu menghalangi mahasiswa untuk berekspresi. Dalam kalimat selanjutnya ia berujar, "tapi juga ingat bahwa kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopansantunan".
Mahasiswa, kata dia, kemungkinan sedang belajar mengekspresikan pendapat. Namun, mantan Wali Kota Solo ini mengingatkan hal penting yang perlu diperhatikan saat ini adalah pekerjaan menghadapi Covid-19.
Pernyataan itu diucapkan Jokowi melalui video berdurasi 2 menit 1 detik yang diunggah Sekretariat Presiden di Youtube,
Pakar gestur Handoko Gani memaparkan analisisnya soal sikap dan pernyataan Presiden Joko Widodo dalam video itu. Dia juga mengungkap makna senyum dan tawa Jokowi di awal video.
Handoko melihat ada sikap yang ingin disampaikan Jokowi kepada masyarakat. Menurut Handoko, Jokowi ingin memberikan pesan bahwa siapa saja memang bebas mengkritik asal sesuai koridor yang berlaku.
"Beliau mengatakan bahwa kritikan itu biasa, mahasiswa lagi belajar mengekspresikan diri. (Hanya) Ada kata 'Tapi' di sana. Nah Presiden justru mengingatkan soal sopan santun. Jadi, kritik ke Jokowi ini tidak sepenuhnya akan beliau diamkan," kata Handoko kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat,Rabu (30/6).
Handoko berpendapat pernyataan Jokowi dalam menyikapi BEM UI jelas memiliki pesan bahwa: kritik boleh saja asal tak lepas dari koridor tata krama dan sopan santun. Bahkan kata dia, tawa Jokowi pun jangan dianggap remeh.
"Ada syaratnya mengkritik beliau, jangan dilanggar, beliau juga mengingatkan semua, (dia) lagi fokus mengurus covid-19, stop dulu kritikan yang tidak terkait covid. Beliau ingin membuktikan bahwa beliau bukan The King of Lip Service lewat penanganan Covid19 yang beliau fokuskan," kata dia.
Kata Pemilik izin Operasi global alat Layered Voice Analysis (LVA) di Indonesia itu, jika kritikan itu sudah dianggap tidak sopan, bahkan menyinggung Jokowi, maka siapapun yang memberi kritik tak akan didiamkan.
"Kalau sudah enggak sopan, lebih dari sekadar tersinggung, beliau bisa saja bertindak tertentu," kata Handoko.
Lebih lanjut, Handoko juga memaparkan kata 'Tapi' lainnya, yang disampaikan di akhir video itu. Kata 'tapi' ini menurut Handoko menunjukkan bahwa Jokowi ingin semua orang tahu bahwa dia selama ini tidak membual.
"Presiden ingin membuktikan dirinya bukan sekedar lip service, tapi terbukti bisa mengatasi kritikan (salah satunya) soal penanganan covid-19 di Indonesia," katanya.
Selain ucapan, Handoko juga melihat gestur yang dilakukan Jokowi selama interview itu berlangsung. Kata dia, yang paling menonjol adalah gerak sikut ke samping yang dilakukan Jokowi saat berkata 'boleh-boleh saja'.
Gerak ini, bahkan kata Handoko, hanya muncul satu kali selama interview berlangsung.
Menurut dia, kata 'Boleh boleh saja' yang dimaksud Jokowi sekaligus menegaskan bahwa kritik harus tetap memperhatikan tata krama dan sopan santun.
"Kalau syarat dilanggar, bisa jadi ada tindakan konsekuensi tertentu yang harus ditanggung pelakunya," kata dia, "Itu gerakan gestur yang tidak sesuai ucapan. Ucapan ngomong "boleh boleh saja" tapi gesturnya nyikut ke samping."
(tst/ugo)https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMieWh0dHBzOi8vd3d3LmNubmluZG9uZXNpYS5jb20vbmFzaW9uYWwvMjAyMTA2MzAxMTU2MjEtMzItNjYxMjQyL3Bha2FyLWdlc3R1ci11bmdrYXAtbWFrbmEtc2VueXVtLWpva293aS1zYWF0LXNpa2FwaS1iZW0tdWnSAX1odHRwczovL3d3dy5jbm5pbmRvbmVzaWEuY29tL25hc2lvbmFsLzIwMjEwNjMwMTE1NjIxLTMyLTY2MTI0Mi9wYWthci1nZXN0dXItdW5na2FwLW1ha25hLXNlbnl1bS1qb2tvd2ktc2FhdC1zaWthcGktYmVtLXVpL2FtcA?oc=5
2021-06-30 05:03:35Z
Tidak ada komentar:
Posting Komentar