Kamis, 15 April 2021

detikHealth Adian Napitupulu Mendukung, Vaksin Nusantara dr Terawan Cocok untuk Komorbid? - detikHealth

Jakarta -

Vaksin Nusantara besutan eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto ramai diterpa kritik. Mulai dari basis vaksinnya yang disebut terlalu rumit untuk vaksinasi massal, biaya yang mahal, rangkaian prosedur tak sesuai standar, hingga imunogenitasnya dinilai tak sesuai dengan jenis virus Corona yang ada di Indonesia.

Anggota Komisi Nasional (Komnas) Penilai Khusus Vaksin COVID-19 dr Jarir At Thobari, PhD khawatir, vaksin Nusantara tak efektif mengatasi COVID-19 di Indonesia. Pasalnya, vaksin ini tak berbasis tipe virus Corona yang ada di Indonesia, melainkan mengunggulan basis dendritik yang dipasok oleh AS.

"Ada beberapa vaksin di luar negeri efektivitasnya tidak begitu baik terhadap mutasi-mutasi virus yang ada. Dengan pengembangan vaksin di Indonesia, suplai vaksin akan dijamin. Kita tahu, embargo vaksin itu mulai terjadi. Dengan diproduksinya vaksin di Indonesia, suplai akan menjadi kebutuhan buat sendiri," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (13/4/2021).

Dalam kesempatan lainnya, peneliti utama vaksin Nusantara, Jonny, memaparkan sisi lain yang menjadi kelebihan vaksin Nusantara. Kelebihan ini tidak dimiliki vaksin lain, karena vaksin nusantara memang menggunakan pendekatan 'personalized'.

Menurutnya, lantaran menggunakan darah dari penerima vaksin yang kemudian 'dikenalkan' dengan protein S (Spike), vaksin ini berpotensi aman digunakan oleh para pengidap penyakit komorbid. Artinya, bagi orang-orang dengan kondisi tertentu yang tidak bisa mendapat vaksin Corona biasa, vaksin nusantara bisa jadi alternatif.

"Sel darah nanti akan punya memori terhadap virus COVID-19 sehingga pada saat tubuh kita masuk virus COVID-19, tubuh sudah siap untuk menghadapi COVID-19," ujarnya saat ditemui di RSPAD Gatot Soebroto, Rabu (14/4/2021).

Dengan alasan itu pula, anggota DPR RI Adian Napitupulu merasa tertarik menggunakan vaksin nusantara. Dengan kondisinya yang punya penyakit jantung, ia tidak berani menggunakan vaksin pada umumnya.

"Saya punya penyakit jantung, ring sudah 5. Komorbid, jadi ada penyakit sendiri. Saya cari literasi terkait Sinovac, nggak bisa. Lalu AstraZeneca, efeknya penggumpalan darah itu bahaya buat jantung. Hari ini Johnson & Johnson juga ditunda pemberlakuannya di Amerika karena pembekuan darah," keluh Adian, ditemui di RSPAD Gatot Soebroto, Rabu (14/4/2021).

Jonny peneliti utama Vaksin NusantaraJonny, peneliti utama Vaksin Nusantara. Foto: Vidya Pinandhita/detikHealth

Tentu prosesnya tidak sesimpel vaksin biasa. Menurut Jonny, darah yang sudah diambil harus didiamkan dulu selama 5 hari. Kemudian, sel darah putih dari darah yang sudah diambil akan dikenakan ke protein S dalam proses selama 2 hari.

Meski membutuhkan waktu sampai 7 hari, menurut Jonny, prosedur vaksin Nusantara ini sebanding dengan kelebihannya. Dengan penggunaan darah dari penerima vaksin, Jonny optimis, vaksin ini bisa digunakan oleh pengidap penyakit komorbid.

"Untuk penyakit-penyakit yang mungkin selama ini tidak bisa diberikan vaksin (COVID-19) yang lain, itu kita ingin bisa berikan. Kenapa? Karena ini menggunakan sel tubuh kia sendiri," imbuh Jonny.

Simak Video "Vaksin COVID-19 Karya RI Pakai Sel Dendritik, Ini Cara Kerjanya"
[Gambas:Video 20detik]

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMigQFodHRwczovL2hlYWx0aC5kZXRpay5jb20vYmVyaXRhLWRldGlraGVhbHRoL2QtNTUzMzE1My9hZGlhbi1uYXBpdHVwdWx1LW1lbmR1a3VuZy12YWtzaW4tbnVzYW50YXJhLWRyLXRlcmF3YW4tY29jb2stdW50dWsta29tb3JiaWTSAQA?oc=5

2021-04-15 04:08:27Z

Tidak ada komentar:

Posting Komentar