Jumat, 22 Januari 2021

Pengakuan Mengejutkan Menkes: Dari Vaksin ke Tracing Salah - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin secara terang-terangan tidak puas terhadap penanganan Covid-19 di Indonesia. Mulai dari strategi 3T (tracing, testing, dan treatment) yang salah sasaran, hingga data penerima vaksinasi Covid-19 yang membuat dirinya kapok.

Budi Gunadi mengakui strategi testing, tracing, dan treatment (3T) yang dikembangkan di Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19 salah sasaran.

Seperti diketahui, sebagian masyarakat Indonesia yang melakukan testing adalah mereka yang mau bepergian, bukan orang yang menjadi suspect atau orang memiliki riwayat tinggal di wilayah yang melaporkan transmisi lokal atau kontak dengan pasien terkonfirmasi Covid-19 dalam 14 hari terakhir.


Kebanyakan masyarakat justru melakukan 3T sendiri setelah mengetahui dirinya pernah kontak dengan penyintas Covid-19.

Budi mencontohkan, dirinya bisa dites swab Covid-19 hingga lima kali dalam seminggu karena masuk Istana Negara dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Kita tidak displin. Cara testingnya salah. Testingnya banyak, kenapa (kasus positif Covid-19) naik terus. Habis yang ditesting orang kayak saya. Saya setiap mau ke Presiden dites. Seminggu bisa lima kali dites karena masuk Istana. Emang bener begitu? Pastinya tak begitu harusnya," ujar Budi Gunadi Sadikin seperti dikutip dari Kanal YouTube PRMN SuCi, (Jumat 22/1/2021).

Budi mengungkapkan, seharusnya sistem 3T yang dilakukan harus berdasarkan epidemiologi atau testing pada orang yang masuk dalam kategori suspect Covid-19, bukan testing mandiri.

Sebagai gambaran, pemerintah mengatakan jumlah tes Covid-19 yang dilakukan di Indonesia sudah mencapai 288.000 pada periode 10-16 Januari 2021. Dengan jumlah ini maka Indonesia telah melampaui standar WHO dalam tes Covid-19.

Standar WHO adalah 10% per 1.000 orang, sehingga minimalnya Indonesia sudah mencapai 107,69% dari standar WHO. Budi menilai, dengan 3T yang diterapkan pemerintah selama ini, tetap tidak berguna, karena metodenya salah sasaran.

"Harusnya yang ditest suspect bukan orang yang mau bepergian seperti Budi Gunadi Sadikin yang mau menghadap Presiden. Nanti standar WHO (World Health Organization) tes satu per seribu per minggu terpenuhi tetapi tidak ada gunanya testingnya harus secara epidemiologi," kata Budi melanjutkan.

Dalam meningkatkan kepatuhan dan disiplin protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak sebaiknya juga melibatkan ibu-ibu PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga).

"Selain Polisi, apa yang ditakuti, istri kan. Jadi pendekatannya lewat istri kemudian (mereka) memberitahu suami atau ancam anak-anak supaya rajin mencuci tangan, jaga jarak, dan pakai masker," tuturnya.

Halaman Selanjutnya >> Kapok Pakai Data Penerima Vaksin Milik Kemenkes

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMidGh0dHBzOi8vd3d3LmNuYmNpbmRvbmVzaWEuY29tL25ld3MvMjAyMTAxMjIxNDIwNDQtNC0yMTgwNDIvcGVuZ2FrdWFuLW1lbmdlanV0a2FuLW1lbmtlcy1kYXJpLXZha3Npbi1rZS10cmFjaW5nLXNhbGFo0gEA?oc=5

2021-01-22 07:23:40Z

Tidak ada komentar:

Posting Komentar