Minggu, 01 November 2020

Gejolak Prancis dan Silat Lidah Macron - CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia --

Sudah sepekan lebih Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menjadi sorotan akibat ucapannya yang kontroversial. Sejumlah pernyataannya yang dinilai menghina Islam menuai kecaman dari penjuru dunia.

Dia juga menyatakan tidak akan menghalangi penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad S.A.W., oleh majalah Charlie Hebdo, yang menyulut amarah umat Muslim, dan mempertahankan kebebasan berpendapat.

Di sisi lain Prancis juga diguncang serangkaian peristiwa berdarah dan lonjakan kasus infeksi virus corona.


Pada 16 Oktober, Prancis dikejutkan dengan pemenggalan kepala yang menimpa seorang guru bernama Samuel Paty (47) karena membahas karikatur Nabi Muhammad S.A.W., kepada murid-muridnya di sekolah tempat dia mengajar. Dia tewas di tangan Abdoullakh Abouyezidovitch (18).

Kemudian pada 29 Oktober pagi waktu setempat, penyerangan kembali terulang di Prancis. Kali ini terjadi di Gereja Notredame Basilica di Nice yang menyebabkan tiga orang tewas dan satu di antaranya dipenggal oleh pelaku.

Penyerangan terbaru terjadi di kota Lyon, di mana seorang pendeta Kristen Ortodoks Yunani, Nikolaos Kakavelaki (52), mengalami luka-luka setelah ditembak penyerang misterius. Dia diserang saat sedang menutup gerejanya pada Sabtu (31/10). Kini ia dalam kondisi kritis di rumah sakit.

Sebelumnya, sejumlah kelompok dan negara-negara Islam di dunia bersitegang dengan Macron akibat pernyataannya. Pernyataan itu dimulai dari pengumuman majalah Charlie Hebdo, yang akan menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad S.A.W., untuk bertepatan dengan dimulainya sidang sejumlah pelaku yang terkait dengan aksi teror penembakan pada 2015 silam.

Menanggapi hal tersebut, Macron justru mengatakan akan tetap mempertahankan kebebasan berpendapat, termasuk melalui medium karikatur. Dia mengaku tak berhak mencampuri keputusan redaksi media dalam penerbitan tersebut.

"Saya pikir, sebagai Presiden Prancis, saya tidak boleh menilai keputusan editorial, karena ada kebebasan pers yang melekat," ujar Macron pada awal September lalu.

Lantas pada 26 Oktober, Macron menulis di Twitter bahwa negaranya senantiasa menjamin kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan. Hal itu dia sampaikan menyusul seruan boikot produk Prancis oleh kawasan Arab dan Timur Tengah, setelah dia mengatakan Islam adalah agama yang mengalami krisis di seluruh dunia.

Saat itu, Qatar dan Kuwait menjadi negara pertama yang menggemakan aksi tersebut dan mengunggahnya di media sosial.

"Kebebasan, kami merayakannya; kesetaraan, kami menjaminnya; persaudaraan, kami menerapkannya dalam kehidupan. Tidak ada yang bisa membuat kami mundur, kapanpun," cuit Macron, seperti dikutip pada 26 Oktober lalu.

Macron menyatakan pemerintahannya akan tetap melanjutkan dan menghormati segala perbedaan di dalam perdamaian. Dia menyatakan tidak akan membiarkan ujaran kebencian dan tetap mempertahankan budaya debat untuk mempertahankan pendapat.

"Sejarah kami memperlihatkan perjuangan terhadap tirani dan fanatisme. Kami akan melanjutkannya. Kami akan tetap melanjutkan, akan tetap membela harga diri manusia dan nilai-nilai universal," ujar Macron.

Usai serangan yang terjadi di Gereja Notredame Basilica di Nice, Macron kembali melontarkan pernyataan kontroversial. Dia menyebut peristiwa itu sebagai tindakan gila teroris Islam dan menyatakan tak akan menyerah menghadapi terorisme.

"Kegilaan teroris Islam," kata Macron mengutip CNN.

French President Emmanuel Macron speaks during a media conference at the end of an EU summit in Brussels, Friday, Oct. 16, 2020. European Union leaders met for the second day of an EU summit, amid the worsening coronavirus pandemic, to discuss topics on foreign policy issues. (Kenzo Tribouillard, Pool via AP)Presiden Prancis, Emmanuel Macron. (AP/Kenzo Tribouillard)

Macron menegaskan bahwa Prancis tidak akan takut dengan tindakan terorisme. Prancis akan tetap memegang nilai-nilai sekularisme dan liberalisme.

"Sekali lagi, pagi ini, tiga warga kami menjadi korban di Nice dan sangat jelas bahwa Prancis sedang diserang," kata Macron.

Macron lalu menyampaikan belasungkawa kepada seluruh umat Katolik atas pembunuhan yang baru saja terjadi.

Dia juga meminta agar setiap penganut agama saling bersatu. Jangan sampai ada perpecahan satu sama lain.

Di sisi lain, Macron mencoba meredam ketegangannya dengan umat Muslim.

Tak seperti serangkaian pernyataan sebelumnya, di mana berbagai pernyataannya selalu terkesan ofensif, kali ini Macron mengeluarkan pernyataan normatif, berupaya menjelaskan maksud dari ucapan-ucapan sebelumnya.

"Saya bisa mengerti bahwa orang bisa dikejutkan oleh karikatur itu, tetapi saya tidak akan pernah menerima bahwa kekerasan bisa dibenarkan. Saya memahami perasaan yang muncul, saya menghormati mereka," kata Macron, dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, mengutip AFP.

Macron mengklaim, apa yang dilakukannya saat ini hanya-lah dalam rangka menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin.

"Peran saya adalah menenangkan segalanya. Tapi, di saat yang sama, saya juga melindungi hak-hak orang lain."

Macron juga mengatakan akan selalu mendukung kebebasan untuk berbicara, menulis, dan berpikir di negaranya.

(ans/ayp)

[Gambas:Video CNN]

Let's block ads! (Why?)


https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMia2h0dHBzOi8vd3d3LmNubmluZG9uZXNpYS5jb20vaW50ZXJuYXNpb25hbC8yMDIwMTEwMjA4MTgzMy0xMzQtNTY0NzUwL2dlam9sYWstcHJhbmNpcy1kYW4tc2lsYXQtbGlkYWgtbWFjcm9u0gEA?oc=5

2020-11-02 01:59:00Z

Tidak ada komentar:

Posting Komentar