Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri menyentil generasi milenial, dalam hal ini para pelajar dan mahasiswa yang menyuarakan protes ke jalanan. Hal itu disampaikan Mega bertepatan Hari Peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober.
Mega menyinggung kaum milenial, yang dianggapnya sejauh ini hanya demo, salah satunya menolak Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja. Mega justru mempertanyakan sumbangsih kaum milenial untuk negara. Mega dalam kesempatan itu juga meminta Presiden Jokowi tak memanjakan kaum milenial saat ini.
"Apa sumbangsih kalian untuk bangsa dan negara ini? Masa hanya demo saja? Nanti saja di-bully, saya enggak peduli," kata Megawati, Rabu (28/10).
Nada negatif merespons menyambut ucapan Megawati dari para milenial. Salah satunya Fajar Adi Nugroho (22). Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) itu menyayangkan sikap para elite partai dan pemerintahan yang sering kali meremehkan gerakan anak muda.
Padahal kata Fajar, aksi unjuk rasa itu juga merupakan sumbangsih yang mereka lakukan dalam bentuk nyata untuk bangsa. Mereka turun ke jalan demi memperjuangkan hak rakyat.
"Ini bukti dari amalan Tri Dharma Perguruan Tinggi, amalan pendidikan dan pengabdian kami pada rakyat," kata Fajar. Sebaliknya, Fajar justru mempertanyakan generasi senior yang hanya diam melihat rakyat sengsara.
Pernyataan Megawati dipandang bisa jadi blunder (kesalahan) lantaran salah alamat. Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menyebut Mega salah alamat jika peryataan tersebut disampaikan ke kaum milenial yang kerap melakukan aksi unjuk rasa terkait Omnibus Law Cipta Kerja ini.
"Justru anak muda yang lakukan demo itulah mereka yang sangat responsif," kata Ujang dihubungi melalui telepon, Kamis (29/10).
Para milenial, kata Ujang, bergerak bukan tanpa alasan. Mereka melihat situasi bangsa dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Inilah yang alasan mereka untuk bergerak, memberi sumbangsih dengan cara konstitusional, salah satunya dengan berunjuk rasa.
"Demo itu kan salah satu cara anak muda untuk mengungkapkan kegelisahan atas nasib bangsa. Atas kegelisahan disahkan Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja," kata dia.
Ujang juga secara blak-blakan menyebut pernyataan Mega ini akan memengaruhi pemilih yang kebanyakan dari kaum milenial saat Pemilu 2024 mendatang.
Namun kata dia, besarnya pengaruh ini tetap bergantung pada lawan politik Mega apakah mau tetap menggoreng isu ini agar terus diingat masyarakat atau sebaliknya membiarkan hingga kemudian dilupakan.
"Akan berpengaruh kalau persoalan ini atau statement blunder ini terus di-blow up terus menerus," kata dia.
Ingat sejarah
Pengamat politik UIN Jakarta Adi Prayitno justru meminta agar Mega mestinya mengingat sejarah. Salah satunya tentang perubahan dan sejarah Indonesia berdiri sebagai negara demokratis merupakan sumbangsih para pemuda atau saat ini dikenal milenial di masa lalu.
"Revolusi kemerdekaan dimulai anak muda, penggulingan Soeharto juga anak muda. Jelas itu kontribusi," kata dia.
Meski begitu kata dia, memang saat ini peran anak muda atau milenial terbilang kecil, tergerus oleh kelompok tua yang masih enggan bergeser dari posisi mereka. Bahkan hal itu juga terjadi di Partai yang dipimpin Mega sendiri.
"Pernyataan Bu Mega ini kan sebenarnya ingin tegaskan bahwa PDIP sejauh ini cukup didominasi oleh kelompok tua," kata dia.
Menurutnya, pernyataan Mega ini juga seolah menjadi cambuk untuk kaum milenial agar lebih bergerak dan lebih berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Tak hanya demo, meski memang tak dilarang tapi kata Adi anak muda ini diingatkan agar bisa memberi kontribusi nyata, terutama di masa sekarang saat situasi memang tidak sedang baik-baik saja.
Sementara itu, Politikus PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira menyebut tak ada maksud buruk dari pernyataan yang dikeluarkan Megawati. Ketua Umum PDIP itu kata dia justru berharap agar generasi muda tak hanya menuntut sesuatu kepada negara, tetapi juga bisa bekerja keras memajukan bangsa."Itu tantangan. Saya kira bagus itu tantangan bisa bikin cambuk kepada anak-anak muda ini biar tidak terlampau geer sebagai bonus demografi untuk beberapa tahun ke depan," kata dia.
"Sebagai negarawan senior di Republik ini, Ibu Mega tentu sangat berharap agar generasi muda Indonesia untuk menghindari budaya instant, yang menuntut dan hanya mau menerima," kata Andreas.
Menurutnya, para milenial harus tetap memperlihatkan etos perjuangan sekaligus menunjukkan komitmen untuk memajukan bangsa. Sehingga Indonesia bisa lebih disegani dan terhormat di era kompetisi global yang memiliki banyak tantangan.
"Maksud Ibu Mega tentu baik, agar generasi muda Indonesia kini tetap menjiwai semangat perjuangan generasi pemuda perintis kemerdekaan yang dengan keberanian, komitmen dan kerja keras melawan imperialisme kolonialisme pada zamannya," kata dia.
(tst/ain)https://news.google.com/__i/rss/rd/articles/CBMieWh0dHBzOi8vd3d3LmNubmluZG9uZXNpYS5jb20vbmFzaW9uYWwvMjAyMDEwMjkxMzA3NDAtMzItNTYzOTMxL2VmZWstc2luZGlyYW4tbWVnYXdhdGktZGFuLXNla2F0LXBkaXAtZGVuZ2FuLXBhcmEtbWlsZW5pYWzSAQA?oc=5
2020-10-30 01:30:58Z
Tidak ada komentar:
Posting Komentar